Jumat, 11 Februari 2011

2 Idiots (belajar menjadi orang besar)

Dimuat ulang oleh Ba'its Diponegoro Tamaddun dari catatan pribadi (facebook) pada 10 November 2010 jam 13:55

JAKARTA PAGI 09.51 jarum jam menunjukkan angka tanggung genap pukul 10.00 wib, terbesit aku untuk sekedar berbagi kisah tentang persahabatan dua orang rekan di masa sekolah. Bagi yang dimaksud, izinkan aku menuliskannya.

Cerita berawal pertemuan formal perkenalan siswa baru di ruang kelas berlanjut menyanyikan lagu daerah Bubuy Bulan ciptaan Benny Korda. Selepas forum wawasan nusantara yang terangkum dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) kami berhamburan kembali ke kamar masing-masing yang terletak di lantai satu dari tempat kami wajib menghayati doktrinasi pemerintahan orde baru waktu itu.

Waktu terus berjalan sampai kami di dorong aktif dalam organisasi perkumpulan daerah, Paguyuban. Walau demikian, bukan berarti wadah semata-mata berkumpul. Terdapat struktur dan pola perkaderan formal dan non formal. Berbeda dengannya yang dapat langsung menikmati dan tak jarang diberi kepercayaan oleh senior-senior, aku memilih mengikuti alur. Jika mengingat bahwa ini adalah perkumpulan organisasi daerah (orda), tentu bukan perkara sulit bagiku beradaptasi dan kompetisi menunjukkan kapasitasku. Bukan bermaksud menonjolkan diri, sebab sejak Sekolah Dasar aku sudah mengikuti organisasi kepanduan Pramuka (Praja Muda Karana) dan masuk dalam tim senam SKJ 92 kategori anak-anak. Dengan keduanya pernah mewakili sekolahan meski sebatas tingkat se-Kecamatan.

Nah di paguyuban daerah, aku seolah belum menemukan passion pas. Hemmm...andai boleh jujur, justru di perkumpulan inilah sejatinya dapat beraktualisasi lebih, selain alasan model berbeda dengan kepanduan tapi juga karena faktor lawan jenis...Hahhh...mengingatnya serasa malu menengadahkan kepala di tengah kerumunan gadis-gadis berjilbab berparas ayu nan menawan...

Suatu ketika sahabatku memasukkan nama lengkap ku sebagai salah satu anggota bidang dakwah di Paguyuban. Entah karena keterpaksaan atau alasan lainnya, barangkali sahabat salah menempatkanku. Karuan akhirnya tak mampu berinovasi dan kreasi. Kendati hampir tiap Jum'at ada pertemuan/khalaqah paguyuban sahabatku meminta agar aku bersiap ceramah atau sekedar bicara, rasa enggan kerap muncul. Satu lagi alasan...aku belum merasakan passion pas...!!!

Evaluasi akhir periode dilakukan, aku lupa namanya. Setelah usai, formatur berkumpul di masjid samping asrama IV dekat lapangan sepakbola Mancasan Wirobrajan. Konsolidasi memastikan finalisasi struktur kepemimpinan. Hemmm...kali ini ada titik cerah aku mulai bisa mencurahkan fikiran dan tenaga ke paguyuban.

Singkat cerita, melalui posisi strategis sebagaimana semangat perkumpulan. Amanah menghantarkanku pada prosesi musyawarah pimpinan, disini selisih perolehan suara terpaut satu angka dengan sahabat yang angka suara pemilih menempatkannya di atas namaku.

Itu final...??? tidak...pasalnya sahabat di luar dugaan menaruh harapan padaku untuk memimpin paguyuban daerah. Tim kecil formatur pun menyetujui. Gila...!!! ini proses apaan...???politik? juga bukan...!! tapi murni keberlangsungan organisasi. Ia yang membawaku jauh berkecimpung di paguyuban malah berbuat lebih besar lagi dalam hidupnya. Ia adalah contoh rill orang besar dalam sejarah hidupku. Terima kasih sahabat.

Di luar paguyuban, dia memilih bergabung di organisasi intra sekolah dan beberapa organ semacam UKM kalau di tingkat kampus. Sementara diriku berijtihad fokus di kelompok jurnalis SINAR dan Pramuka (HW). Aku sendiri sempat ditawarin masuk dalam organ intra, hanya karena resistensi kelompok intra dan organ minat-bakat cukup tinggi, maka pilihan tetap di luar intra adalah kebijaksanaan.

Kini selepas usia kami menginjak 26 ke atas, ia telah berkomitmen mengembangkan kampung halamannya dengan pendidikan. Pendidikan pasca sarjana diambilnya, kota Jogjakarta adalah tempat kembalinya.

Satu hal yang membuatnya bertahan dengan keputusannya; pendidikan tidak harus seperti zaman dimana ia pernah bersekolah. Baginya hanyalah banyak catatan mengerikan tuk sedetik mengingatnya. Ia ingin bebas, seperti sejatinya ruh pendidikan. Meskipun dulu dia pernah mengabdi tuk sekian waktu di sekolah kami dulu.

Pertemuan terakhir dia mengatakan; aku belum tentu kuat seperti pilihan hidupmu. Takdir membawaku ke jalan ini. Tapi benar katamu, jaringan juga penting.

Sahabat, meski dunia pendidikan ialah jiwa gerakan dakwahmu. Aku yakin kau pasti menorehkan tinta emas bersamanya. Kau telah ajarkan aku arti menjadi orang besar, meski sering kau tak menyadarinya.

Sukses slalu buatmu...!!! Amien....

Introduction

Assalamu'alaikum Wr.Wb...Salam Sejahtera...Semoga Tuhan Allah SWT senantiasa memberi rahmat, hidayah dan memberkati kita selaku hambaNya. Amin...

Perkenalkan sebelumnya, nama saya Ahmad Baits Diponegoro seorang penulis freelance dan mantan wartawan di sebuah media komunitas dan juga pada media lokal dari sebuah jaringan besar surat kabar ternama di Indonesia. Saat ini saya domisili di Ibu Kota, Jakarta.

Mengenai pembuatan blog ini, awalnya berangkat dari hasrat menyetel ulang (restart) kemampuan menulis saya yang selepas resign dari dunia media mengalami penurunan kualitas. Ya, disamping pula keinginan mempublikasikan lebih baik tulisan-tulisan pribadi, baik sebuah pengalaman ataupun sekedar pandangan atas realitas sosial bangsa Indonesia.

Jargon "Berbagi Untuk Bersama" saya pilih berkenaan filosofi kehidupan manusia adalah bermasyarakat. Aristoteles (384-322 SM) menyebutnya sebagai Zoon Politicon; Yakni, bahwasannya manusia secara prinsipil merupakan makhluk yang senantiasa bergaul dan berkumpul dengan manusia lainnya. Begitu juga maksud dari di buatnya blog ini.

Semoga bermanfaat demi kebaikan bersama. Amin.


Salam ABD